翻訳者レビュー ( 英語 → インドネシア語 )
評価: 62 / ネイティブ インドネシア語 / 1 Review / 2014/02/10 12:44:03
Normally, I oppose the trend of plaything-based moviemaking, especially when the results are as brain-numbingly awful as "Transformers", "G.I. Joe" and "Battleship". But if those uninspired efforts had featured not just Michelangelo the Teenage Mutant Ninja but also Michelangelo the ultimate Renaissance artist as they fight for the greater good of interlocking mankind, maybe they would have changed my mind, too.
Besides, with so many animation powerhouses settling for easy-money sequels lately (we mean you, Pixar, DreamWorks, Universal and 20th Century Fox),
Biasanya, saya selalu menentang pembuatan film yang berkonsep tren mainan, terutama ketika hasilnya sangat melumpuhkan otak seperti "Transformers", "G.I. Joe" dan "Battleship". Tetapi jika saja usaha yang tidak terinspirasi itu mengikutkan tidak hanya Michaelangleo dari Kura-kura Ninja tetapi juga Michaelangelo sang artis Renaisan tersohor sehubungan dengan perjuangan mereka untuk tujuan yang lebih baik dalam pautan kehidupan manusia, mungkin mereka akan dapat merubah pikiran saya pula
Selain itu, dengan banyaknya rumah produksi animasi yang rela untuk meraih keuntungan mudah dengan membuat sekuel (Ya, yang kami maksud adalah anda, Pixar, DreamWorks, Universal dan 20th Century Fox)
レビュー ( 1 )
元の翻訳
Biasanya, saya selalu menentang pembuatan film yang berkonsep tren mainan, terutama ketika hasilnya sangat melumpuhkan otak seperti "Transformers", "G.I. Joe" dan "Battleship". Tetapi jika saja usaha yang tidak terinspirasi itu mengikutkan tidak hanya Michaelangleo dari Kura-kura Ninja tetapi juga Michaelangelo sang artis Renaisan tersohor sehubungan dengan perjuangan mereka untuk tujuan yang lebih baik dalam pautan kehidupan manusia, mungkin mereka akan dapat merubah pikiran saya pula
Selain itu, dengan banyaknya rumah produksi animasi yang rela untuk meraih keuntungan mudah dengan membuat sekuel (Ya, yang kami maksud adalah anda, Pixar, DreamWorks, Universal dan 20th Century Fox)
修正後
Biasanya, saya menentang tren (kecenderungan) pembuatan film berdasar permainan, terutama ketika hasilnya 'bikin-otak-mati-rasa' jeleknya seperti halnya "Transformers", "G.I. Joe" dan "Battleship". Tapi jika saja usaha miskin inspirasi itu menampilkan tidak hanya si Michaelangleo Kura-kura Ninja tetapi juga Michaelangelo sang artis Renaisan saat mereka berjuang untuk kepentingan lebih besar dari umat manusia, mungkin mereka sudah berhasil merubah pendapat saya juga.
Lagipula, dengan banyaknya rumah produksi animasi raksasa memutuskan untuk mendapatkan uang mudah dari sekuel laris akhir-akhir ini (yang kami maksud anda, Pixar, DreamWorks, Universal dan 20th Century Fox),
Here is the classic example of difficulty in translating 'modifying adverb' to adjective such as "brain-numbingly" to "awful" to Indonesian language. Such expressions barely exist in written Indonesian but sometimes appear in informal spoken Indonesian. Also, the second sentence features conditional sentence type III which uses "past perfect tense". Indonesian language does not recognize tenses and hence will fail to understand the English conditional logic.