翻訳者レビュー ( 英語 → インドネシア語 )
評価: 60 / ネイティブ インドネシア語 / 0 Reviews / 2014/02/28 13:56:05
All of this takes place in the 1920s and 1930s, as the world arms up for war. "The Wind Rises" is a mild anti-war film (in an early scene, when Jiro beats up a school bully, his mother scolds him saying, "Fighting is never justified."), perhaps too mild, considering its topic. But Miyazaki sticks close to Jiro's journey, following him through his dreams, his schooling, his investigative trips to Germany, and his sweet courtship of the girl Naoko, who will become his wife. Still, with all of that, "The Wind Rises" has an uneasy undercurrent about what these "beautiful dreams" will become when used in warfare. Planes then turn into nightmares, raining death down on the people below.
Semua ini terjadi pada tahun 1920 dan 1930-an, saat dunia bersiap untuk berperang. Film "The Wind Rises" adalah sebuah film anti-perang bersifat lunak ( dalam adegan awal, saat Jiro memukuli seorang pelaku "bully" di sekolah, ibunya pun menegur dirinya dan berkata, "Berkelahi itu tidak dibenarkan".) mungkin terlalu lunak, mengikat topik yang terkait. Tapi Mizayaki tetap berada dekat dengan perjalanan Jiro, mengikuti dirinya melalui mimpi-mimpinya, bagaimana dia sekolah, kunjungan penyelidikan ke Jerman, dan hubungan yang manis dengan seorang gadis dari keluarga berada, Naoko, yang kemudian menjadi istrinya. Tetap saja, dengan semua itu "The Wind Rises" memiliki cerita dasar yang cukup sulit dipahami tentang menjadi apakah "mimpi-mimpi indah" itu bila digunakan dalam peperangan. Pesawat terbang kemudian berubah menjadi mimpi buruk, menjatuhkan hujan kematian bagi orang-orang dibawahnya.